aahh... papa, mama.. seandainya kalian tau, aku lebih suka melamun daripada mengingat ingat nama obat, aku lebih suka memainkan musik drpd memainkan jarum suntik dan pisau operasi, aku lebih suka menulis bebas, berbaukan sastra daripada menulis resep obat, aku lebih suka berbicara diatas mimbar gereja daripada bertatapan langsung membicarakan sakit penyakit dengan pasien atau keluarga pasien..
aahh.... papa , mama.. seandainya kalian membaca ini, seandainya aku punya keberanian untuk mengatakan langsung. tapi, apalah dayaku, aku hanyalah anak yang tak pernah dianggap dewasa, yang terjebak oleh hegemoni masa kecil karena kalian selalu menjadi sosok yang menakutkan daripada sosok yang hangat dipeluk.. papa, mama.. kadang aku sedih, ketika aku harus berbagi cerita ke orang tua lain, bukan ke orang tuaku sendiri. tapi, ya begitulah pa, ma.. aku takut untuk dekat dengan kalian..
aahh.. ya sudahlah, paa maa.. mungkin sampai kapanpun aku tak akan mengatakan aku tak mau menjadi dokter, aku jg tak akan pernah cerita kalau aku lebih senang berada ditengah2 alat musik dan didepan laptop drpd berada di tengah-tengah orang sakit atau mayat-mayat yang menyedihkan. mungkin, papa mama juga ga akan pernah tau kalau aku begitu takut darah dan luka, kalian tak pernah tau juga bagaimana aku harus melawan ketakutanku sendiri, ketakutan yang membuat badanku lemas dan memucat ketika aku berhadapan dengan darah dan luka, betapa susahnya aku menguasai diriku sendiri agar paling tidak aku tidak gemetar ketika menangani pasien. mungkin papa mama juga tak akan pernah tau, melihat jenazah dan suara sirine ambulans hanya membuat luka di hatiku semakin lebar dan seperti disiram air jeruk,, perihh !!.. aku masih ingat jelas bagaimana Tuhan merebut paksa opa dan membawanya pergi ke sorga.
tapi, tak apalah pa.. aku menyerah ketika melihat senyum kalian saat kalian membanggakanku "anakku, calon dokter, dia akan jadi dokter yang hebat!", aku kalah. aku takut kepada kalian bukan berarti aku tidak menghormati kalian, aku mengalah, aku mengalah kalah telak, karena aku lebih memilih melihat senyum itu tetap ada, mata berbinar itu tetap bersinar.. karena, hanya dengan itu aku tahu. kalian menyayangiku dan berharap banyak padaku..
warna apapun yg Tuhan lukiskan di kanvas hidupku, itu semua untuk kebaikanku.. :))
Selasa, 27 Maret 2012
Minggu, 25 Maret 2012
minggu pra paskah V
ISA
kepada nasrani sejati
itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya; aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
(chairil Anwar)
sang penyair bukanlah seorang Kristen, dia mengenal Allah dibalik dinding gereja. namun, pengenalannya bisa lebih dalam dari bagaimana kita kenal melalui sajaknya. sajaknya menceritakan, seolah dia yang ditebus, sajaknya seolah darah Kristus, dan Tubuh yang rubuh itu juga persembahan Tuhan untuknya. apa artinya? artinya, pengorbanan Tuhan Yesus di kayu Salib, tidak sebatas tembok gereja. penebusannya universal, kasihNya mengalir bebas ke dahi-dahi setiap umat manusia..
betapa hebatnya Allahku,
betapa mulianya Dia,
Dia rela menjadi kurban dan menjadi lebih manusiawi daripada manusia itu sendiri. kutertegun jika kupandang SalibNya. kubayangkan bagaimana paku itu dipaksa masuk ke jaringan-jaringan kulit, otot dan tulang dari Tubuh Tuhanku.. betapa sakitnya itu.. betapa sakitnya, jika tergores silet sedikit saja aku sudah meringis menahan perih..
kubayangkan bagaimana mahkota duri itu menusuk-nusuk kepalanya, mahkota yang dipakainya harusnya mahkota emas yang paling mulia, tapi karena aku dan kalian, mahkota itu harus menjadi mahkota duri yang ujung-ujungnya menembus kulit kepala..
lalu kubayangkan, betapa sakit badannya yang penuh dengan luka cambukkan, kulit yang terkoyak, daging yang terlihat, darah yang mengucur.. yaaaa Tuhan,,,,, betapa, betapa, betapa tak bisa kubayangkan sakitnya..
dan yang membuatku tersungkur, memaki diri sendiri yang tak tahu diri ini adalah karena ku sadar penuh, itu semua Kau lakukan untukku dan untuk mereka, karena Engkau begitu mengasihi kami lebih dari TubuhMu sendiri, lebih dari kemuliaanMu sendiri.. karena kasihMu yang luar biasa, Engkau hanya mampu mencintai kami, Engkau tak mampu membenci kami, bahkan Engkau tak mampu menolak kami..
Tuhan... kudatang ke altarMu yang kudus.. tahirkan aku dari dosa-dosa yang membuatku kotor.. sucikan aku karena aku ingin menghadapMu, bersamaMu, mengikuti jalan salibMu.. dan kumau senangkanMu...
mulialah namaMu dari tempat yang maha tinggi, agunglah kuasaMu dari setiap kuasa yang ada di bumi..
kepada nasrani sejati
itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya; aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
(chairil Anwar)
sang penyair bukanlah seorang Kristen, dia mengenal Allah dibalik dinding gereja. namun, pengenalannya bisa lebih dalam dari bagaimana kita kenal melalui sajaknya. sajaknya menceritakan, seolah dia yang ditebus, sajaknya seolah darah Kristus, dan Tubuh yang rubuh itu juga persembahan Tuhan untuknya. apa artinya? artinya, pengorbanan Tuhan Yesus di kayu Salib, tidak sebatas tembok gereja. penebusannya universal, kasihNya mengalir bebas ke dahi-dahi setiap umat manusia..
betapa hebatnya Allahku,
betapa mulianya Dia,
Dia rela menjadi kurban dan menjadi lebih manusiawi daripada manusia itu sendiri. kutertegun jika kupandang SalibNya. kubayangkan bagaimana paku itu dipaksa masuk ke jaringan-jaringan kulit, otot dan tulang dari Tubuh Tuhanku.. betapa sakitnya itu.. betapa sakitnya, jika tergores silet sedikit saja aku sudah meringis menahan perih..
kubayangkan bagaimana mahkota duri itu menusuk-nusuk kepalanya, mahkota yang dipakainya harusnya mahkota emas yang paling mulia, tapi karena aku dan kalian, mahkota itu harus menjadi mahkota duri yang ujung-ujungnya menembus kulit kepala..
lalu kubayangkan, betapa sakit badannya yang penuh dengan luka cambukkan, kulit yang terkoyak, daging yang terlihat, darah yang mengucur.. yaaaa Tuhan,,,,, betapa, betapa, betapa tak bisa kubayangkan sakitnya..
dan yang membuatku tersungkur, memaki diri sendiri yang tak tahu diri ini adalah karena ku sadar penuh, itu semua Kau lakukan untukku dan untuk mereka, karena Engkau begitu mengasihi kami lebih dari TubuhMu sendiri, lebih dari kemuliaanMu sendiri.. karena kasihMu yang luar biasa, Engkau hanya mampu mencintai kami, Engkau tak mampu membenci kami, bahkan Engkau tak mampu menolak kami..
Tuhan... kudatang ke altarMu yang kudus.. tahirkan aku dari dosa-dosa yang membuatku kotor.. sucikan aku karena aku ingin menghadapMu, bersamaMu, mengikuti jalan salibMu.. dan kumau senangkanMu...
mulialah namaMu dari tempat yang maha tinggi, agunglah kuasaMu dari setiap kuasa yang ada di bumi..
Rabu, 14 Maret 2012
aku akan baik - baik saja karena Tuhanku yang mengatakannya
malam itu aku baru pulang dari kampus.. ini untuk kesekian kalinya aku pulang malam, ritme baru di semester baru, 1 tingkat lebih tua dari semester lalu. tiba- tiba, entah aku yang tak mendengar karena memakai headset atau memang sebenarnya tak ada keriuhan, aku merasa motorku ditabrak oleh besi keras dengan kencangnya, saking kagetnya aku tak sempat berfikir ataupun menengok ke belakang sekedar ingin tahu benda apakah yang menabrakku, dengan ringannya aku dan motorku melaju tak terkendali ke depan, peganganku terlepas dan aku mendarat di bagian belakang mobil xenia, benturan sangat keras yang tak pernah kurasakan sebelumnya.. lalu,, hitam...dan hanya hitam.. aku tak merasakan sakit atau apapun,, hanya sempat terdengar keriuhan orang dan kendaraan, dan tak berapa lama suara itu benar - benar hilang. dan aku sendiri ditengah kegelapan yang tak kudapati setitik kecilpun cahaya.
di hari - hari biasaku, aku sangat takut gelap. gelap membuatku terasing dan terancam. dan aku hanya bisa menangis, menangis sambil menutup mata, kumenangis terus sampai aku sudah lupa berapa lama aku terduduk dengan badan tertekuk, dan kepala masuk ke antara dada dan dengkul. sampai kudengar seperti ada pintu terbuka, dan cahaya terang menyeruak berebutan masuk keruangan gelap itu. tanpa pikir panjang, akupun terus berlari menuju cahaya. berlari sekencang-kencangnya, aku harus menjauh dari gelap.
sampai akhirnya kakiku tak mampu menahan tubuh mungilku, lelah aku begitu lelah, aku terjerambab ke rerumputan hijau, dan baru pada waktu aku terjatuh itulah aku sadar aku sedang berada di hamparan padang hijau segar tak berujung kecuali garis akhir langit dan cakrawala. aku terduduk ngos - ngossan mengembalikan sisa tenaga, dan ketika 60% kekuatanku telah kembali, aku masih belum menyadari apa yang terjadi, dimana aku, dan bagaimana aku nanti.
sampai akhirnya ada yang memegang bahuku lembut. kutoleh kebelakang, kudapati sosok seperti yang di foto -foto, gambar - gambar., lukisan - lukisan, dan sosok ini kukenal dari aku kecil. Dia seperti Tuhan Yesus, dan aku berharap Dia memang Tuhan. satu kata pertama yang Dia ucapkan "bangunlah anakKu, kenapa kau tak menyambutku". suara itu seperti, seperti harmoni nada cinta yang begitu indah dan sangat merdu masuk ke telingaku, senyumnya membuat hatiku tenang seperti aku tak mungkin akan bersedih karena senyumnya benar - benar membuatku merasakan damai yang sesungguhnya, dan sentuhan tanganNya membuatku seperti mampu untuk hidup 1000 tahun lagi. kusambut uluran tanganNya dengan senyum mengembang, semoga senyumku manis, aku tersenyum tulus jauh dari palung hatiku dibumbui kebahagiaan dan kedamaian yang tak terkatakan.
Tuhan menggandeng tanganku ringan, mengajakku berkeliling sambil bercerita banyak hal, tentunya tentangku, dari aku baru lahir sampai kecelakaan itu, Dia ceritakan betapa Dia begitu mengasihiku dan merenda hidupku dengan rapinya agar menjadi indah.
senyumku, mata berbinarku, tak mau sedikitpun pergi dari wajahku, aku bahagia disisiNya, aku damai mendengar suaraNya, aku aman di dekatNya, aku suka kerajaanNya, dan tak seharusnya orang tua, keluarga, kekasih dan teman - temanku menangisiku, karena aku baik - baik saja, tak perlu mereka mengawatirkanku karena aku sedang bersama dengan Raja dari segala Raja, dan kuharap mereka tak menginginkanku kembali karena aku tak mau berpisah dengan Sahabatku ini.
masih ditengah perjalanan kami tiba - tiba aku mendengar suara - suara yang akrab di telingaku, aku dengar tangisan ibuku, suara gundahnya ayah, adikku yang memanggilku, dan doa - doa yang mereka naikkan kepada Tuhan.
"kau dengar itu semua nak?" "iya Bapa aku mendengarnya" "lihatlah betapa mereka menginginkannya kau kembali, kembalilah, dan kabarkan kepada banyak orang apa yang engkau tahu tentangKu" "tapi Bapa, bagaimana denganku?" "kau akan baik - baik saja" "lalu bagaimana denganMu?" "aku akan tetap disini" "Kau disini ? lalu bagaimana dengan Engkau dan aku? haruskah aku pulang sendiri?" "anakKu, tak ingatkah engkau bahwa Aku telah bersamamu selama 21 tahun ini? dan aku telah mengenalmu sebelum kau dilahirkan oleh ibumu, karena tanganKu sendirilah yang membentukmu, pulanglah, Aku akan selalu bersamamu, sedetikpun tak akan Kutinggalkan kamu"..
dan dalam hitungan detik saat kubuka mataku suasana begitu berbeda, aku tertidur di ranjang rumah sakit dengan selang - selang yang dipaksa masuk ke tubuhku, aku berada di ruangan lembab penuh bau obat dan kulihat wajah - wajah khawatir dan sedih dari orang - orang yang kukasihi dan satu yang tak kalah penting, aku merasakan sakit yang luar biasa, dikaki, badanku, kepalaku, semuanya. betapa sangat kontras dengan keadaanku sebelumnya yang bahkan aku bisa berlari menembus kegelapan menuju cahaya.
ayah, ibu, kakek, nenek, kakak, adikku bergantian menciumiku, betapa sukacitanya mereka melihat aku yang telah sadar. dan kata pertama yang keluar dari mulutku adalah "haus'.. yaa, aku memang sangat haus, kerongkonganku kering kerontang bahkan hanya sekedar getaran suara melewatinya saja sudah membuat tenggorokanku begitu sakit. ibu memberiku segelas air, dan aku ingin minum sebotol air tapi ayah tak mengijinkan karena keadaanku belum memungkinkan.
mereka berbicara banyak untuk menghiburku, tetapi aku tak mampu menangkap itu semua karena betapa sakit itu sudah menguasai semua bagian tubuhku, tapi satu hal yang menghiburku adalah apa yang Tuhan janjikan, aku akan baik - baik saja..
terimakasih Tuhan untuk pertemuan singkat itu, kuingin bersamaMu lebih lama daan sangat lama lagi denganMu, nanti, kalau memang sudah benar - benar waktuku bersamaMu. aku akan baik-baik saja. kupercaya itu karena Tuhanku yang mengatakannya.. :)
Langganan:
Postingan (Atom)