di hari - hari biasaku, aku sangat takut gelap. gelap membuatku terasing dan terancam. dan aku hanya bisa menangis, menangis sambil menutup mata, kumenangis terus sampai aku sudah lupa berapa lama aku terduduk dengan badan tertekuk, dan kepala masuk ke antara dada dan dengkul. sampai kudengar seperti ada pintu terbuka, dan cahaya terang menyeruak berebutan masuk keruangan gelap itu. tanpa pikir panjang, akupun terus berlari menuju cahaya. berlari sekencang-kencangnya, aku harus menjauh dari gelap.
sampai akhirnya kakiku tak mampu menahan tubuh mungilku, lelah aku begitu lelah, aku terjerambab ke rerumputan hijau, dan baru pada waktu aku terjatuh itulah aku sadar aku sedang berada di hamparan padang hijau segar tak berujung kecuali garis akhir langit dan cakrawala. aku terduduk ngos - ngossan mengembalikan sisa tenaga, dan ketika 60% kekuatanku telah kembali, aku masih belum menyadari apa yang terjadi, dimana aku, dan bagaimana aku nanti.
sampai akhirnya ada yang memegang bahuku lembut. kutoleh kebelakang, kudapati sosok seperti yang di foto -foto, gambar - gambar., lukisan - lukisan, dan sosok ini kukenal dari aku kecil. Dia seperti Tuhan Yesus, dan aku berharap Dia memang Tuhan. satu kata pertama yang Dia ucapkan "bangunlah anakKu, kenapa kau tak menyambutku". suara itu seperti, seperti harmoni nada cinta yang begitu indah dan sangat merdu masuk ke telingaku, senyumnya membuat hatiku tenang seperti aku tak mungkin akan bersedih karena senyumnya benar - benar membuatku merasakan damai yang sesungguhnya, dan sentuhan tanganNya membuatku seperti mampu untuk hidup 1000 tahun lagi. kusambut uluran tanganNya dengan senyum mengembang, semoga senyumku manis, aku tersenyum tulus jauh dari palung hatiku dibumbui kebahagiaan dan kedamaian yang tak terkatakan.
Tuhan menggandeng tanganku ringan, mengajakku berkeliling sambil bercerita banyak hal, tentunya tentangku, dari aku baru lahir sampai kecelakaan itu, Dia ceritakan betapa Dia begitu mengasihiku dan merenda hidupku dengan rapinya agar menjadi indah.
senyumku, mata berbinarku, tak mau sedikitpun pergi dari wajahku, aku bahagia disisiNya, aku damai mendengar suaraNya, aku aman di dekatNya, aku suka kerajaanNya, dan tak seharusnya orang tua, keluarga, kekasih dan teman - temanku menangisiku, karena aku baik - baik saja, tak perlu mereka mengawatirkanku karena aku sedang bersama dengan Raja dari segala Raja, dan kuharap mereka tak menginginkanku kembali karena aku tak mau berpisah dengan Sahabatku ini.
masih ditengah perjalanan kami tiba - tiba aku mendengar suara - suara yang akrab di telingaku, aku dengar tangisan ibuku, suara gundahnya ayah, adikku yang memanggilku, dan doa - doa yang mereka naikkan kepada Tuhan.
"kau dengar itu semua nak?" "iya Bapa aku mendengarnya" "lihatlah betapa mereka menginginkannya kau kembali, kembalilah, dan kabarkan kepada banyak orang apa yang engkau tahu tentangKu" "tapi Bapa, bagaimana denganku?" "kau akan baik - baik saja" "lalu bagaimana denganMu?" "aku akan tetap disini" "Kau disini ? lalu bagaimana dengan Engkau dan aku? haruskah aku pulang sendiri?" "anakKu, tak ingatkah engkau bahwa Aku telah bersamamu selama 21 tahun ini? dan aku telah mengenalmu sebelum kau dilahirkan oleh ibumu, karena tanganKu sendirilah yang membentukmu, pulanglah, Aku akan selalu bersamamu, sedetikpun tak akan Kutinggalkan kamu"..
dan dalam hitungan detik saat kubuka mataku suasana begitu berbeda, aku tertidur di ranjang rumah sakit dengan selang - selang yang dipaksa masuk ke tubuhku, aku berada di ruangan lembab penuh bau obat dan kulihat wajah - wajah khawatir dan sedih dari orang - orang yang kukasihi dan satu yang tak kalah penting, aku merasakan sakit yang luar biasa, dikaki, badanku, kepalaku, semuanya. betapa sangat kontras dengan keadaanku sebelumnya yang bahkan aku bisa berlari menembus kegelapan menuju cahaya.
ayah, ibu, kakek, nenek, kakak, adikku bergantian menciumiku, betapa sukacitanya mereka melihat aku yang telah sadar. dan kata pertama yang keluar dari mulutku adalah "haus'.. yaa, aku memang sangat haus, kerongkonganku kering kerontang bahkan hanya sekedar getaran suara melewatinya saja sudah membuat tenggorokanku begitu sakit. ibu memberiku segelas air, dan aku ingin minum sebotol air tapi ayah tak mengijinkan karena keadaanku belum memungkinkan.
mereka berbicara banyak untuk menghiburku, tetapi aku tak mampu menangkap itu semua karena betapa sakit itu sudah menguasai semua bagian tubuhku, tapi satu hal yang menghiburku adalah apa yang Tuhan janjikan, aku akan baik - baik saja..
terimakasih Tuhan untuk pertemuan singkat itu, kuingin bersamaMu lebih lama daan sangat lama lagi denganMu, nanti, kalau memang sudah benar - benar waktuku bersamaMu. aku akan baik-baik saja. kupercaya itu karena Tuhanku yang mengatakannya.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar