aku merindukan rumah yang menaungiku saat pertama aku bernafas sendiri dengan paru - paruku.. rumah yang penuh dengan pesona - pesona kasih.. harum dedaunan dan segarnya embun.. rumah yang dihuni oleh sepasang mata yang mengertiku, melihat setiap sudut idealismeku dengan senyum dan belaian lembut.. rumah yang kadang berisik oleh gonggongan anjing lari ke arahku dengan kibasan ekornya, meloncat ke gendonganku lalu tidur dipangkuanku menawarkan diri untuk kuelus, dan kupeluk.. anjingku sahabatku.. yg ikut girang ketika ku bahagia.. dan nelangsa ketika ku sedih..
tapii... aku tidak merindukan rumah yang itu.. rumah yang menjadi perwujudan mimpi sepasang suami istri selama belasan tahun berjuang.. aku tidak merindukan rumah yang berbau arogansi itu.. aku jengah ketika pagi bukan sapaan lembut yang membangunkanku tapi untaian kata - kata kasar yang menjadi sarapanku memulai dan menghabiskan hari.. aku benci dengan peraturan - peraturan perfeksionis yang membuat pergerakanku terbatas..
maafkan aku.. mungkin aku bisa merindukan kalian.. tapii.. tidak untuk rumah itu.. mungkin.. aku rela untuk menempuh jarak ratusan kilometer untuk menuju rumah yang disana.. tapi, aku enggan kalau harus menuju kerumah itu walaupun aku hanya perlu 1 jam merayap di bentangan aspal hitam...
walaupun kalian bilang ini juga rumahku.. bagiku tidak.. mungkin rumah itu my house tapi bukan my home... ada maupun tidak ada nafas kalian di rumah itu tetap saja,, rumah itu simbol keegoisan.. dari orangtua pada seorang anaknya.. seorang saja.. tidak untuk yang lainnya...
aku ingin pulang... tdk kerumah itu.. tapi rumah yang disana.. aku ingin pulang.. hanya ingin bertemu sesosok wanita tua malaikat pelindungku. bukan kalian sang predator mimpiku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar